Nala Sunyi dan Twilight


            “Apa yang akan kita lakukan sekarang?” Sunyibertanya pada Nala sambil merebahkan diri di atas rerumputan di sekelilingsawah dengan nafas yang boros menggeh-menggeh.Setelah beberapa langkah ke belakang kami dikejar-kejar oleh kematian.
            “Entahlah, yang pasti kita haruspintar-pintar sembunyi dari gerombolan Azazil itu. Mereka malah seperti paraSrigala dan Vampir yang haus darah saja. Para Azazil, dan semua anak buahnyaakan tetap memantau kita. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita bisamemengaruhi beberapa masyarakat dan para Punokawan bahwa keberadaan merekadisini adalah sebuah ancaman besar.” Jawab Nala tak kalah ngos-ngosan.
            “Nah itu, yang harus kita pikirkanbagaimana rencananya. Tentunya kamu punya beberapa opsi untuk penduduk duniawayang “Java” ini wahai saudaraku Nala?. Secara engkau adalah salah satu yangbisa berkomunikasi dengan “Java”.
            “Aku juga belum berpikir sejauh itu Sunyi.Inilah yang akan kita sama-sama pikirkan. Sekarang kita harus pergi dari sini.Secepatnya kita harus menemukan tempat yang lebih aman.”
            “Ya, sebaiknya memang begitusaudaraku.”


            Java mendendang wayang
            Nala Sunyi dikejar setan

            Nala dan Sunyi melanjutkanperjalanan untuk mencari tempat yang sekiranya aman untuk mereka bisa beristirahatsejenak melepas lelah setelah seharian berlari dikejar para Vampir yang entahdari mana dan segerombolan malaikat yang konon mitosnya adalah malaikat yang dibuang dari Sorga oleh Tuhannya. Azazil.
            Misi mereka adalah untuk mengusirdan melenyapkan para setan-setan dari bumi pewayangan Java. Yang mereka tujupertama kali adalah para tokoh punokawan yang legendaris seperti Semar, Bagong,Petruk, Sunyi. Empat sekawan yang mengabdikan kisah hidupnya untuk membantu danmenjadi penasihat para Pandawa di bumi Kurusetra.
            Nala dan Sunyi adalah sahabat yangseperti saudara. Mereka berdua hidup berdampingan sejak kecil di sebuah negeridi bumi pewayangan Java dengan nama Jambalekat. Mereka lahir bertetangga danmenjadi sahabat karib semenjak dari umur kecil.
            Awal dari mereka dikejar-kejar olehpara yang mereka sebut setan itu bermula dari dulu pemukiman Jambalekat tempatmereka tinggal semasa mereka kecil dibakar dan dibumi hanguskan oleh parasetan-setan itu. Semua hangus tanpa sisa. Bapak biyung mereka ikut menjadikorban. Nala dan Sunyi lolos dari maut karena saat kejadian tersebut merekaberdua sedang menggembalakan kambing dan domba mereka.  Nala dan Sunyi tidak begitu mengenal siapasebenarya yang melakukan hal tersebut, karena setelah Nala dan Sunyi kembalibersama hewannya pemukiman Jambalekat sudah rat tertutup debu. Yang mereka tahuhanya lembang atau tanda yang mereka pakai setelah menghabisi pemukiman merekaadalah lambang bintang yang terbalik. Java menyebutnya dengan Pentagram.
            Selang beberapa tahun setelahkejadian yang menimpa pemukiman mereka, Nala dan Sunyi bertekat untuk menemukansiapa pelaku dari semua kejadian yang menimpa dunia pewayangan Java. Setiappemukiman yang mereka lewati selalu sama nasibnya seperti pemukiman Jambalekat,rata tertutup abu bekas api yang melahap semua, bau darah yang khas anyirmembuat siapa yang tidak tahan akan muntah. Tidak ada satu orang atauapapunyang tersisa lagi, yang ada hanya lambang pentagram yang jelas tergambardari bekas abu hasil api.
            Hanya dengan berbekal kambing dandomba gembalanya, Nala dan Sunyi terus berjalan melewati ladang-ladang,sawah-sawah sambil menggembalakn hewannya mereka terus mencari informasi siapasebenarnya pemilik lambang bintang terbalik. Pecut serta buku yang selau di bawa Nala dan Sunyi menjadi halmenarik para petani lokal ketika mereka melintas di sekitaran sawah para petanilokal. Buku berjudul “Kitab Omong Kosong” karangan Empu Seno Gumira Adjidharmaini selalu menjadi kawan Sunyi di sela-sela mereka berdua mengistirahatkanhewan mereka.

***


            Beberapa blok di kota megapolitanyang masih ada dalam dunia pewayangan tepatnya sebuah gubuk yang belumsepenuhnya reot dan tua namun terlihat sepi dari atas pesawat satelit yangberpancar di angkasa pewayangan. Ada beberapa mobil terparkir rapi yang semuanyaberwarna hitam pekat dengan polesan chromeyang megkilat di pandang.
            Ada bebrapa riwayat yang menyebutkanbahwa rumah itu adalah salah satu basecamp atau tempat sembahyang para pengikut Azazil yang mengatur siasat untukmereka menghapuskan dan menjajah dunia pewayangan tempat para Punokawan dantempat Legenda para Pandawa dan Sri Rama beserta Anoman milik Walmiki.
            “Siapkan rencan selanjutnya untukmenagkap mereka Tuan Arcon.”
            “Semua harus tetap runtut sepertiyang sebelumnya kita bahas.”
            “Tapi mereka akan semakin merajaleladengan akan menghasut para titisan dewa tersebut Tuan.”
            “Tenanglah, tidak usah membuat semuayang disini merasa terbebani dengan segala ini. Tuan Azazil hanya menyuruh kitauntuk tetap patuh pada-Nya dan apa yang dikatakan. Semua sudah di prediksi dandiatur oleh Tuan Azazil. Jadi tenaglah Bromy.”
            “Apa kata Tuan Azazil tentangtindakan kita selanjutnya?”
            “Dia sudah menyuruh beberapa Vampirnyauntuk memantau dan siap mengeksekusi siapa saja yang mencoba menentang. Kitatahu Vampir-Vampir itu punya kemampuan yang luar biasa. Berjalan dengansekelibat mata dan kekuatan yang ada di dalam mereka sudah di ragukan. Kitayang hanya sebagai manusia hanya di tuntun untuk sembahnyang dan memuja-Nyasaja. Vampir-vampir itu hanya sebagai eksekutor saja.”
            “Lalu apa langkah kita selanjutnyayang berposisi sebagai manusia biasa, bukan seperti vampir tersebut.”
            “Seperti yang barusan aku katakan,kita akan hanya akan menuggu dawuhTuan tertinggi kita tentang apa yang akan kita lakukan setelah ini.”
            Perdebatan demi perdebatan terjadidi rumah tua tersebut yang baru sempat terdeteksi bahwa rumah tersebut terletakdi negara Jaredharma. Negara yang tak jauh dari Jambalekat, pemukiman desa Naladan Sunyi yang hangus dibakar para setan-setan yang keranjingan eksis.
             Kita biarkan sejenak para pengikut-pengikutsetan itu tetap pada perdebatan mereka yang sedang membahas rencanamenghancurkan dunia pewayangan Java ini. Biarkanlah saja mereka. Kita kembalipada Nala dan sunyi yang sedang terengah-engah mencari keamanan duniapewayangan.
            Kambing dan domba milik mereka sudahdijual demi kelangsungan hidup mereka berdua. Mereka hanya sekedar hidup daritabungan hasil terjualnya kambing dan domba mereka saja. Tanpa bekerja atauusaha yang lain. Jika uang mereka sudah habis, entah apa lagi yang akan dilakukan mereka demi tercukupnya kebutuhan perut mereka.
            Di rumah tua nan reot itu menjaditempat sembunyi Nala dan Sunyi dari teror para setan-setan yang mencobamenghabisi mereka. Rumah tua nan reot itu nampak sudah ditinggal oleh orangnyabertahun-tahun, terlihat dari beberapa atapnya sudah mulai ompong dangentengnya mulai mlorot ke bawah.
“Apa menurutmu disini aman Sunyi?”
            “Entahlah Nala, semoga saja parasetan-setan itu tidak tahu keberadaan kita disini.”
            “Ya, semoga saja seperti itu. Semogapara setan itu terlalu bodoh untuk mengendus bau kita disini.”
            “Apa kamu juga merasakannya Sunyi?”
            “Ada apa Nala? Aku tidak merasakanapa-apa disini.”
            “Aku merasa seperti ada yang disiniselain kita. Sepertinya penghuni rumah ini.”
            “Benarkah Nala? Kenapa aku tidakmerasakannya.”
            “Ini terlalu halus Sunyi, ini tidakseperti kita saat dulu sedang meraga sukma mengunjungi Empu Anoman atau ResiBhisma. Hawa ini terlalu halus untuk dirasakan Sunyi. Keluarlah hai penghunitempat ini. Tunjukan wujudmu.”
            Nala berusaha membuka mata batinnyauntuk bisa melihat apa yang membuatnya gelisah. Perasaan aneh yang dirsakannyabegitu kuat mendorong hatinya untuk bisa melihat dan berkomunikasi langsung.Dan tiba-tiba.
            “Ada apa hai manusia? Kenapa kamuingin melihat wujudku?” tiba-tiba sesosok manusia hadir di belakang Nala danSunyi dengan siung yang menonjoldiantara bibir merah.
            “Siapa kamu ini? Apa kamu penghunirumah ini?” tanya Nala dengan mimik muka serius.
            “Aku Adam. Aku adalah seorang vampirdari dunia yang sangat jauh berbeda dengan dunia ini.”
            “Apa kamu salah satu anak buahAzazil?”
            “Tidak, aku adalah satu musuhnyadisini.”
            “Aku rasa kamu disini tidak sendiri,benarkah demikian?”
            “Benar. Aku disini bersama teman-temankuyang semua ikut menentang keberadaan Azazil dan pengikutnya disini. Keluarlahteman-teman, tunjukan wujud kalian pada tamu kita ini.”
            Satu persatu vampir-vampir yang lainmuncul dengan senyum khas siung yangnongol disela-sela bibir. Semua berjumlah enam vampir yang terdiri darilaki-laki dan perempuan.
            “Ini adalah keenam temanku”. KataAdam mengenalkan. “Ini Eve, Silence, Nara, Michael, Angel, dan yang paling mudaadalah Bryan. Kami menamai diri kami dengan nama Twilight”. Papar Adam.
            “Salam kenal. Salam sejahtera untukkalian semua para vampir Twilight”. Nala memberi salam seraya berusahatersenyum ramah menyebunyikan rasa kagetnya.
            “Tapi ngomong-ngomong kalian inisiapa? Dan kenapa kamu bisa merakan kehadiranku disini?” Adam mencoba bertanya.
            “Aku Nala, dan ini sahabatku Sunyi.Kami adalah para anak yang menjadi korban Azazil dan pengikutnya. Orang tua dannegeri kami dibakar larut oleh setan-setan itu”.
            “Lalu apa yang kalian lakukandisini”.
            “Kami disini sedang bersembunyi darikejaran tentara Azazil yang berusaha membunuh kami. Karena mereka menyadaribahwa kami akan melakukan segala cara untuk membuat Azazil dan pengikutnyapergi dari dunia pewayangan ini”.
            “Apa rencana kalian selanjutnya?”
            “Kami ingin segera menemui parapunokawan negeri dongeng ini untuk memberikan sebuah keputusan bahwa Azazil danpengikutnya harus segera diusir secepatnya”.
            “Siapa punokawan itu?”.
            “Mereka adalah para titisan dewayang menjelma menjadi sosok manusia yang mempunyai bentuk aneh, ada yang jemblung, ada yang pincang cacat, dll.Mereka adalah legenda negeri di dunia pewayangan ini. merka adalah Empu Semar,Gareng, Bagong, dan Petruk. Mereka pernah menjadi penasihat Sri Rama diRamayana, yang terkenal dengan dengan Rama Shinta dan juga kethek putih Anoman. Kemudian setelah riwayat Sri Rama selasai parapunokawan berlanjut untuk ngemongpara Pandawa Lima sampai pada perebutan tahta Astinapura saat  perang Bharatayudha berlangsung diKurusetra”.
            “Ada yang bisa kami bantu hai anakpewayangan?”. Tawar Adam dengan senyum akrab. Semua teman-temannya pun ikuttersenyum detelah mendengar penuturan Nala Sunyi tentang siapa mereka dan siapapara punokawan. “Kami merasa bahwa kita punya satu tujuan untuk mengusir Azazilbeserta para pengiktnya.
            Sejenak Nala dan Sunyi salingberpandangan ragu. Apa mereka harus langsung percaya, karena mereka baru sajabertemu.
            “Baiklah kalau itu tawaran kalian.Kami bersedia untuk bergabung menjadi sekutu kalian. Tapi apa yang kalianinginkan dari terusirnya mereka?”. Tanya Nala.
            “Kami tidak ingin apa-apa. Kamihanya ingin tidak ada lagi dunia  yangdirusak oleh Azazil dan pengikutnya yang terlalu aneh di dunia ini”.
            “Apa hubungan kalian dengan mereka?Bukankah para budaknya ada yang sebangsa dengan kalian?”.
            “Ya. Tapi mereka sudah terlaluterhasut oleh iming-iming Azazil dengan pamer Sorga yang dijanjikan. Padahalapada dasarnya Azazil adalah malaikat yang terbuang dari Sorga. Kami ini adalahsenasib dengan kalian. Kami para vampir yang sudah dimanfaatkan orang tua kamiuntuk ikut dijadikan budak.untuk itulah kami ingin ikut dengan kalian mengusirsetan-setan itu pergi dari dunia wayng yang indah dan penuh sejarah ini. karenakami tahu perasaan kalian”.
***

0 Respon:

Posting Komentar