Judul di
atas adalah sebuah judul lagu yang biasa dinyanyikan oleh para mahasiswa
aktivis ketika sedang melakukan aksi atau demonstrasi. Lirik lagu tersebut
menggambarkan betapa negeri ini amat subur dengan padi yang menghampar luas,
namun juga menjadi ironi kerena mereka seperti sedang dijajah, kehilangan hak
mereka bahwa negeri ini adalah negerinya.
Lagu ini
adalah salah satu lagu favorit saya setelah buruh tani, karena saat sedang
menyanyikan atau mendengarkan lagu ini, saya merasa ada yang berdesir dalam
hati saya. Entah apa yang membuat desiran itu, tapi saat itulah saya merasakan
bahwa saya memang cinta Indonesia, cinta sepenuhnya dengan Indonesia. Mungkin
seperti inilah lirik lagu tersebut:
Disini negeri kami
Tempat padi terhampar
Samuderanya kaya raya
Negeri kami subur Tuhan
Di
negeri permai ini
Berjuta
rakyat bersimbah luka
Anak
kurus tak sekolah
Pemuda
desa tak kerja
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Tuk membebaskan rakyat
Sepenggal syair
sederhana itulah yang biasa membangkitkan gelora mahasiswa untuk menyuarakan
aspirasi yang mereka sebut adalah suara rakyat kiri, atau rakyat yang
terpinggirkan. Lagu yang menurut saya sangat keren, elegan, dan mengena
langsung ke dalam hati yang benar-benar peka.
Disamping
lagu tersebut, ada lagi yang di ucapkan oleh para mahsiswa tersebut, yakni
pengucapan sumpah mahasiswa Indonesia. Biasanya sumpah ini dipimpin oleh sang
pemimpin aksi atau demo, atau yang biasa kita sebut sebagai sang orator aksi.
Sumpah Mahasiswa
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah
Bertanah air satu. Tanah air tanpa
penindasan
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah
Berbangsa satu. Bangsa yang gandrung
akan keadilan
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah
Berbahasa satu. Bahasa tanpa
kebohongan
Darah juang
yang terpinggirkan, darah juang yang termarjinalkan. Semua terangkum secara
sederhana dalam syair yang sederhana pula. Dan ketika para mahasiswa tersebut
selesai menyanyikan lagu tersebut biasanya mereka lalu mengucapkan kata-kata
yang sangat tidak lagi “anyar” bagi
kuping mereka, yaitu “Hidup Rakyat dan Hidup
Mahasiswa”.
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Padamu kami berjanji
Padamu kami mengabdi
“Hidup Rakyat –
Hidup Mahasiswa”
Bojonegoro,
16 Desember 2014
Fathoni
0 Respon:
Posting Komentar