Sebenarnya
judul di atas sangat amat menggelitik saya, karena judul di atas sepertinya
mencerminkan sebuah lelucon yang terkesan diformalkan oleh penulis. Padahal
bukan seperti itu, saya hanya ingin membagi sediit tulisan lewat judul yang
rada aneh tersebut. Judul di atas saya tulis saat saya ikut dalam Kemah Bakti
Komite Pemuda Lintas Agama (KP-LIMA) yang bertempat di Lemcadika Bojonegoro.
Kenapa saya memilih sebuah judul
seperti itu? hal ini berkaitan saat acara tersebut. Pada saat acara baru
memulai waktu pembukaan, saya melihat ada seorang yang sangat menarik perhatian
saya. Pertama kali saya merasa D’Javu
dengan si gadis itu, saya berpikir “mirip siapa ya?”. Setelah beberapa menit
acara berjalan gadis mengambil sebuah tempat duduk paling depan berjarak
sekitar dua meter di sebelah kiri saya.
Kemudian saya kembali memandangi si gadis tersebut karena
memang saat itu saya masih penasaran mirip siapa si gadis ini, lalu setelah
saya perhatikan bebrpa menit gadis mulai menulis apa yang disampaikan oleh
pemateri, dan saya sangat terkejut ketika gadis menulis dengan kepala menghadap
ke arah buku. “Gadis itu mirip si dia” kata saya reflek di dalam hati saya.
Karena memang gadis itu sangat mirip sekali dengan mantan saya yang sudah pergi
meninggalkan saya untuk menuruti kehendak orang tua yang menjodohkannya dengan
pemuda lain.
Hal tersebutlah yang kemudian
mendorong saya untuk membuat tulisan ini. Pada saat itu saya bukan hanya
sekedar merasa saya pernah melihatnya, tapi memang saya melihatnya dengan kedua
mata yang memandang dengan jarak sekian meter itu. Saya merasa bahwa saya
sedang memutar waktu kepada saat saya masih di sekolah dulu. Matanya, bibirnya,
dan senyumnya yang telah membuat saya kembali mengingat dengan jelas apa yang saya
alami waktu itu.
Antara perasaan kaget, senang, dan
bingung saya masih di tempat duduk saya yang terus mengawasi saat dia menulis.
Semua tidak akan pernah habis jika pun saya harus menyebutkannya di dalam
tulisan ini. karena ini menyangkut dengan sebuah momori yang telah terjadi
dengan hidup saya dua tahun yang lalu. Dan dua tahun tersebut menyiratkan
berinu-ribu kenangan, jadi tidak mungkin kalau saya harus menghabiskan dan
menceritakan semuanya disini.
Karena semua yang terjadi terlalu
singkat. Bukan singkat acara yang saya ikuti, tapi adalah singkatnya suatu
keadaan atau suasana yang memberikan waktu kepada saya untuk memandangi dan
menikmati lekuk-lekuk wajahnya. Hanya berbekal keadaan dan kesempatan, saya
mencoba mengambil semua celah kemungkinan untuk saya bisa mengambil semuanya.
Kesempatan tidak perneh datang dua kali, dan tidak ada yang namanya kesempatan
kedua. Jikalau ada itu hanya suasananya saja yang berulang, bukan kesempatan
yang persis dengan apa yang terjadi di kesempatan yang pertama. Karena memang
waktu tidak akan bisa berjalan mengulang. Dan kesempatan adalah suatu hal yang
terikat oleh waktu, oleh karenanya setiap waktu adalah kesempatan.
Namun, saya beruntung juga karena saat
pembacaan doa berlangsung beberapa menit tersebut, saya mempunyai waktu lebih
untuk memandang wajahnya untuk saya ingat-ingat lagi. Saya memfokuskan doa saya
seraya menatap dalam ke arah si gadis tersebut. Aamiin-ku untuk pertemuanku
dengannya, aamiin-ku untuk waktu yang telah di berikan Tuhan kepadaku agar aku
bisa menatap lama, dan sekali lagi aamiin-ku untuk si gadis itu, karena suatu
saat saya berpikir bahwa saya akan bertemu dengannya lagi. aamiin.
Tuhan tidak akan menemukan makhluk
satu dan yang lainnya hanya dengan satu pertemuan, Tuhan pasti akan mempertemukan
siapa saja yang membuka hati dan pikirannya untuk orang lain. Dan saya percaya
bahwa suatu saat nanti saya akan kembali dengannya dalam suasana yang berbed,
dlam situasi yang berbeda, dan dengan rasa yang berbeda. Karena Tuhan punya
cinta untuk saya dan kepada yang lain. Aamiin.
Bojonegoro, 11 Desember 2014
Fathoni
0 Respon:
Posting Komentar