Kisah Seorang Ibu yang Mendidik Anaknya

     Ada seorang istri, ia seorang hafidzah dan memiliki ilmu agama sangat baik. Wanita tersebut memberikan pendidikan kepada anaknya berumur tujuh tahun yang seorang bisu dan tuli. Suami dari wanita ini merupakan seorang pendosa. Wanita ini dengan segenap ilmunya berusaha menyadarkan suaminya, namun belum juga berhasil. Namun wanita ini memiliki perhatian yang khusus dan lebih kepada anaknya yang cacat ini. Ia memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya yang cacat ini dengan penuh kesabaran.


    Pada suatu ketika anaknya yang bisu dan tuli ini menatap wajah ayahnya dengan tatapan tajam dan memeberi isyarat, “Wahai Ayah, sholatlah! Apakah Engkau tidak takut kepada siksa dan azab Allah?”. Kemudian anaknya ini menangis. Hingga pada suatu hari anaknya ini memberi isyarat ke ayahnya, “Wahai Ayah, jangan pergi dulu, tunggu sebentar!”. Lalu anak ini mengambil air wudhu dan menggelar sajadah di samping ayahnya lalu sholat.

     Kemudian seusai sholat, anak tersebut mengambil Al-Qur’an dan menunjukkan QS Maryam ayat 45 kepada ayahnya. “Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan.”

     Lalu ayahnya meneteskan air matanya. Kemudian anaknya mengajak ayahnya ke masjid nabawi dan menangislah ayahnya ketika mendengar bacaan2 Al-Qur’an di dalam masjid yang menyentuh hatinya itu.
Kembali ke rumah, istrinya terbengong-bengong melihat perubahan pada suaminya itu. Kemudian suaminya bertanya kepada istrinya tersebut, “Bersumpahlah, apakah Engkau yang mengajarkan kepada anak kita untuk menunjukkan surat maryam kepadaku?” Kemudian istrinya menjawab, “Bukan.”

Subhanalloh….. apa yang bisa kita ambil dari kisah di atas? Banyak sekali.

     Apa yang membuat anak tersebut bisa mengubah ayahnya yang dari seorang pendosa kemudian menjadi seorang muslim yang baik? Tak lain dan tak bukan itu memang merupakan sebuah hidayah dari Allah. Namun, selain itu, adalah kecerdasan emosional dan spiritual yang luar biasa dari si anak tersebut. Inilah urgensi dari pendidikan seorang ibu. Pendidikan yang baik dan benar, disertai dengan kesabaran kepada anak akan menimbulkan kecerdasan bagi si anak dan kebaikan bersama yang tak terduga. Pendidikan bukanlah hanya pendidikan intelektual saja. Siapa lagi orang yang paling dekat, paling mengerti, paling sabar, paling banyak menghabiskan waktu dengan anaknya selain seorang ibu? Itulah, oleh karena itu, siapa lagi yang bisa mendidik seorang anak dengan baik dan sepenuh hati selain seorang ibu? Maka dari itu, seorang muslimah memiliki tugas yang besar untuk mendidik anaknya.

     Pelajaran yang paling mudah dicerna anak adalah dari perilaku contoh orang tuanya dan orang sekitarnya. Apabila orang tuanya baik, insya Allah anaknya pun baik. Walaupun tidak selamanya berlaku demikian. Karena banyak juga orang tuanya yang baik dan mendidik anaknya dengan baik pula namun anak2nya tidak menjadi baik. Itu juga karena kuasa Allah yang hanya memberikan hidayah kepada orang yang dipilih-Nya. Kesalahan mendidik, maka kita akan mendapatkan kerugian yang amat besar. Dan semoga kita bukan termasuk orang2 yang merugi tersebut.

Sumber : oaseimani.com

0 Respon:

Posting Komentar